silahkan yang mau download juz ke 30 (amma)

tv online

Selasa, Mei 08, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL NAFAS ET CAUSA DECOMP CORDIS 1) PENGKAJIAN • IDENTITAS KLIEN • NAMA PASIEN : BP. M • UMUR : 25 TAHUN • PEKERJAAN : SWASTA • ALAMAT : Edited • DX. MASUK : DECOMP CORDIS 2) RIWAYAT KEPERAWATA  KELUHAN UTAMA : SESEG  RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : SESEG SEJAK TADI PAGI, BATUK (-), CHEST PAIN (-) BAB CAIR SEJAK 7 HARI YANG LALU, LENDIR (-) DARAH (-) MUAL (-) MUNTAH (+) DEMAM (-)  RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :  RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :  TTV : TD : 94/67 NADI : 132 X/MENIT R: 32X/MENIT 3) PENGKAJIAN FOKUS  AIR WAY : PENUMPUKAN SECRET  BREATHING : SPONTAN - TAKIPNEU : TIDAK - WHEEZING : YA - DYPSNEU : YA - RONCHI : YA - DISTRES PERNAFASAN : YA PERNAFASAN CUPING HIDUNG DAN DIAGFRAGMA  CIRCULATION : TD : 94/67 NADI : 132X/MENIT RR: 32X/MENIT Papil edema,letargi Urin : - PEMERIKSAAN FISIK UMUM  KEPALA -INSPEKSI : SIMETRIS, TIDAK ADA LUKA DAN HEMATOM , RAMBUT HITAM  LEHER : pembesaran vena jugularis  THORAX A. CARDIAC : BUNYI S3 DAN S4 (-) : REGULAR DAN TACHICARDI B. PULMO - INSPEKSI : DBN - PALPASI : DBN - PERKUSI : DBN - AUSKULTASI : WHEEZING (+) RONCHI (+)  ABDOMENT - INSPEKSI : ASITES - AUSKULTASI : PERISTALTIK 12 x/MNT - PALPASI : TAK ADA NYERI TEKAN - PERKUSI : TYMPANI (-)  EXSTERMITAS ATAS BAWAH : EDEMA TERPASANG INFUS DI EXSTERNITAS KANAN RL 10 TPM DATA PENUNJANG A. LABORAT YANG ABNORMAL WBC : 24.2 109/ LITER GRANULOSIT : 21.1 109/ LITER LYMFOSIT : 7,3% CREATININ : 2,65 UREUM : 55 AST : 547 Therapi yang diberikan  Rl loading 250 cc lanjut 20 tpm  Cefotaxim 2x 1 gram  Ranitidin 2x1 ampul  Ondansetron 3 x 1 ampul  Lasik 20.0.0 mg ANALISA DATA NO TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH 2 9-2-2012 19.30 S : O : Klien tampak pucat,terdapat suara paru whezing dan ronchi TD : 94/67 mmhg N : 132 x/mnt RR : 32 x/mnt Abnormalitas ventilasi perfusi sekunder terhadap hipoventilasi Gangguan pertukaran gas NO TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH 3 9-2-2012 19.30 S : O : Klien tampak gelisah,letargi TD : 94/67 mmhg N : 132 X/mnt RR : 32 X/mnt Penurunan curah jantung Ketidak efektifan perfusi jaringan NO TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH 4 9-2-2012 19.30 S : O :edem extermitas atas bawah Papil edem + Urin : - Kelebihan volume cairan DIAGNOSA KEPERAWATAN  GANGGUAN KEBERSIHAN JALAN NAFAS BERHUBUNGAN DENGAN PENUMPUKAN SECRET AKIBAT HILANGNYA KEMAMPUAN MENELAN  POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF B/D PENURUNAN EKSPANSI PARU  GANGGUAN PERTUKARAN GAS B/D ABNORMALITAS VENTILASI PERFUSI SEKUNDER TERHADAP HIPOVENTILASI  GANGGUAN PERFUSI JARINGAN B/D PENURUNAN CURAH JANTUNG  KELEBIHAN VOLUME CAIRAN B/D RETENSI NATRIUM DAN AIR PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN  GANGGUAN KEBERSIHAN JALAN NAFAS BERHUBUNGAN DENGAN PENUMPUKAN SECRET AKIBAT HILANGNYA KEMAMPUAN MENELAN Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kebersihan jalan nafas pasien terjaga Kriteria hasil:  Gangguan kebersihan jalan nafas teratasi  Tidak ada penumpukan secret Intervensi:  Posisikan pasien dalam keadaan kepala ekstensi  Pasang mayo (endotracheal tube)  Lakukan suction Implementasi:  Memposisikan kepala pasien dalam keadaan ekstensi  Memberikan atau memasang mayo dimulut pasien  Membersihkan jalan nafas pasien dengan melakukan suction Evaluasi: S:- O:  Jalan nafas bersih, tidak terdapat bunyi stridor  Kepala pasien dalam keadaan ekstensi  Terpasang mayo dimulut A: masalah teratasi sebagian P: Lanjutkantindakan  Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru Tujuan tindakan: Setelah dilakukan tindakan pasien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif Kriteria hasil: Pasien menunjukkan *frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan normal *adanya penurunan dyspneu *analisa gas darah dalam batas normal Intervensi: Kaji frekuensi, kedalaman, dan kualitas pernafasan serta pola nafas Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran tiap jam Monitor pemberian tracheostomy bila PaCO2 50mmHg atau PaO2 <60mmHg  Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai advis  Kolabura dengan dokter anestesi untuk pemasangan ET  Pantau dan catat hasil pemeriksaan AGD  Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas tiap jam  Pertahankan tirah baring dengan head up 30 s/d 45 derajat untuk mengoptimalkan pernafasan  Berikan bantuan ventilasi mekasik bila pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit diatasi Implementasi:  mengkaji frekuensi, kedalaman, dan kualitas pernafasan serta pola nafas  mengkaji tanda vital dan tingkat kesadaran tiap jam  Memberikan oksigenasi via NRM 7-10lt/menit  Melakukan kolaburasi dengan dr spesialist Anestesi untuk pemasangan ET  Melakukan auskultasi dada  Memberikan posisi tidur semifowler Evaluasi: S : (-) O:  RR:32x/mnt tachipneu,pernafasan menggunakan cuping hidung and diagfragma TD: 94/67, N:132, RR: 32x/mnt,  kesadaran sopor,gelisah,  tidak kooperatif Terpasang ET no 7.5  Oksigen via juction rise 10lt/mnt Whezzing (-) ronchi (+)  Pasien dalam posisi semi fowler ANALYSE : MASALAH BELUM TERATASI PLAN : TERUSKAN TINDAKAN  Gangguan pertukaran gas b.d abnormalitas ventilasi perfusi sekunder terhadap hypoventilasi Tujuan tindakan: Setelah dillakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat Kriteria hasil:  Bunyi nafas bersih  Warna kulit normal  Gas-gas darah dalam batas normal Intervensi:  Kaji tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia  Kaji tanda vital, tingkat kesadaran dan laporkan tiap jam pada dokter  Pantau dan catat pemeriksaan AGD  Tinjau kembali pemeriksaan rontgen thorax  Pantau irama jantung  Berikan cairan parenteral sesuai advis  Kolaburasi untuk pemberian obat: bronchodilator, antibiotik, steroid Implementasi:  mengkaji tanda dan gejala hipoksia  Mengkaji VT dan tingkat kesadaran  Memantau irama jantung  Melakukan kolaburasi pemberian cairan parenteral, RL loading 150cc lanjut 20tpm  Kolaburasikan pemberian lasix 20mg/iv Evaluasi: S : (-) O: BUNYI PARU MASIH RONCHI (+)  WHEEZING (-)  WARNA KULIT PUCAT TANDA VITAL TIDAK ADA PERBAIKAN CENDERUNG MENURUN ANALYSE : MASALAH TIDAK TERATASI PLAN : CONSUL DR ANASTESI ADVIS : PASIEN DINYATAKAN DNR (DETH NON RESUSITATION)  Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan cairan Tujuan tindakan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan balance cairan pasien mengalami perbaikan Kriteria hasil:  TTV normal  Balance cairan dalam batas normal  Edem pulmo teratasi Intervensi:  Monitor input dan output cairan tiap jam  Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung  Kaji tanda kelebihan cairan  Colaburasi pemberian cairan dan elektrolit  Kolaburasi pemberian diuretic Implementasi:  mengkaji tanda dan gejala hipoksia  Mengkaji VT dan tingkat kesadaran  Memantau irama jantung  Melakukan kolaburasi pemberian cairan parenteral, RL loading 150cc lanjut 20tpm  Kolaburasikan pemberian lasix 20mg/iv Evaluasi: S : (-)  O: BUNYI PARU MASIH RONCHI (+WHEEZING (-)  WARNA KULIT PUCAT  TANDA VITAL TIDAK ADA PERBAIKAN CENDERUNG MENURUN ANALYSE :  MASALAH TIDAK TERATASI PLAN :  CONSUL DR ANASTESIADVIS: PASIEN DINYATAKAN DNR (DETH NON RESUSITATION)  Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan cairan Tujuan tindakan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan balance cairan pasien mengalami perbaikan Kriteria hasil:  TTV normal  Balance cairan dalam batas normal  Edem pulmo teratasi Intervensi:  Monitor input dan output cairan tiap jam  Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung  Kaji tanda kelebihan cairan  Colaburasi pemberian cairan dan elektrolit  Kolaburasi pemberian diuretic Implementasi:  Memonitor input dan output cairan  Memasang DC  Mengkaji edema dan pitting edema  Melakukan kolaburasi pemberian diuretik lasix 20mg Evaluasi: S : (-) O:  KESADARAN COMA  GCS : 1-1-1  PUPIL MIDRIASIS  HAEMODINAMIK : TERUS MENURUN ANALYSE : MASALAH TIDAK TERATASI PLAN : LANJUTKAN TINDAKAN  Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung Tujuan tindakan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan Kriteria hasil:  Status hemodinamik dalam batas normal  Ttv normal  Tidak terjadi penurunan kesadaran Intervensi:  Kaji status hemodinamik  Kaji tingkat kesadaran  Kaji irama EKG  Kaji sistem gastrointestinal Implementasi:  Mengkaji penurunan perfusi jaringan  Mengkaji status hemodinamik  Melakukan dan mengkaji EKG  Mengkaji sistem gastrointestinal Evaluasi: S : (-) O:  Warna kulit pasien pucat, kapiler refil >10 detik,  SPO2:89%  Irama EKG tachicardy 132x/mnt  KESADARAN COMA  GCS : 1-1-1  PUPIL MIDRIASIS  HAEMODINAMIK : TERUS MENURUN ANALYSE : MASALAH TIDAK TERATASI PLAN : LANJUTKAN TINDAKAN

Senin, Mei 07, 2012

ASKEP CRF

CRF A. Pengkajian Dasar Data Pengkajian Pasien - Aktifitas Gejala : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaise Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen) Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak. - Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat palpatasi, nyeri dada (angina) Tanda : Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan. Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir. Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning. Kecenderungan perdarahan - Integritas Ego Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya. Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. - Eliminasi Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria. - Makanan / cairan Gejala : Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia) Penggunaan diurotik Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir) Perubahan turgor kulit/kelembaban Edema (umum, targantung) Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga - Neurosensori Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah. Tanda : Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis - Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah - Pernapasan Gejala : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan sputum encer (edema paru) - Keamanan Gejala : Kulit gatal Ada / berulangnya infeksi Tanda : Pruritis Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal Ptekie, area ekimosis pada kulit Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi - Seksualitas Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas - Interaksi sosial Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. - Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut : - Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium. - Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut. - Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah. - Resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik. - Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit. - Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan, dan prognosis. D. Implementasi Asuhan Keperawatan bagi klien dengan kegagalan ginjal kronis 1. Membantu Meraih Tujuan Terapi a. Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan. b. Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium, potassium, phosphorus dan protein. c. Menekuni makanan bahan yang mengikat fosfat. d. Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid. e. Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan. f. Melindungi pasien dari infeksi g. Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama. h. Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pemberian antacid. 2. Mengusahakan Kenyamanan a. Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan. b. Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah. c. Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler. d. Mengusahakan istirahat bila kecapaian e. Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana f. Mengusahakan kebersihan oral beberapa kali sehari terutama sebelum makan. 3. Konsultasi dan Penyuluhan a. Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan tentang kronisitas dari penyakit. b. Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi c. Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara hidup baru. d. Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long) E. Evaluasi Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan ginjal kronis terdiri dari yang berikut. 1. Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan? 2. Apakah orang menekuni pesan dietvdan cairan yang diperlukan? 3. Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian? 4. Apakah orang menggaruk-garuk berlebihan? 5. Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari? 6. Apakah dilakukan pencegahan infeksi, tambahan perdarahan saluran cerna? 7. Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?

Senin, April 11, 2011

ASUHAN CHEFALGIA

CHEFALGIA

A. PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)


C. PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
 Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
 Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
 Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
 Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
 Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
 Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
 Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
 Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.


D. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
 Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
 Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
 Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.


E. PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.
 Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. .Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.

 Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.


F. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.



G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.


H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya.
j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis




DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta

ASKEP STROKE HAEMORAGIC


Stroke Haemoragic

A. Pengertian

Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (hudak dan Gallo, 1997)

Stroke digunakan untuk menamakan sindrome hemiparese atau hemiparalisis akibat lesi vascular, yang secara tiba tiba daerah otak tidak menerima darah karena arteri yang memperdarahi daerah tersebut tersumbat, putus atau pecah.

B. STROKE HAEMORAGIK

Adalah bagian dari klasifikasi stroke, dimana perdarahan intra cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu. Kejadian biasanya saat melakukan aktifitas, namun dapat juga saat istirahat dan kesadaran pasien umunya menurun.

C. PATOFISIOLOGI


D. FAKTOR RESIKO

Hipertensi, perokok, penyakit jantung terutama artrial fibrilasi, cerebral aneurisma, aterosclerosis, stroke sebelumnya atau TIA, Diabetes, Polisitemia, usila


E. GEJALA KLINIK

· mendadak, nyeri kepala

· Paraesthesia, paresis,Plegia sebagian badan

· Dysphagia

· Aphasia

· Gangguan penglihatan

· Perubahan kemampuan kognitif



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

· CT Scan : Haemoragi: sub dural, sub aracnoid, intra cerebral. Edema, Iskemia

· EEG : Mengidentifikasi area lesi dan gelombang listrik

· Angiografi : Haemoragi, obstruksi arteri, oklusi dan ruptur

· MRI : Infark, perdarahan, kelainan arteri venous

· Lumbal Punksi : Pada perdarahan Sub Arachnoid dan intra cerebral cairan cerebro spinal

mengandung darah


G. PENATALAKSANAAN


1. Phase Akut:

· Pertahankan fungsi vital: jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan sirkulasi

· Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation: Nimotop

· Pencegahan peningkatan TIK

· Mengurangi edema cerebral dengan diuretik

2. Post phase akut

· Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik

· Program fisiotherapi

· Penangan masalah psikososial


H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN UTAMA

· Monitor tanda vital

· Monitor tingkat kesadaran

· Mengkaji fungsi eliminasi

· Mengkaji adanya gerakan involunter

· Mengkaji kemampuan ADLs

· Mengkaji kemampuan gerakan-otot


I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

· Nyeri kepala b.d. gangguan vascular cerebral: perdarahan cerebral

· Gangguan perfuisi jaringan otak b.d edema cerebral

· Self care deficit b.d parsial paralisis

· Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik/motorik

· Konstipasi b.d. gangguan sensorik motorik

· Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya

· Resiko terjadi gangguan integritas kulit b.d bed rest yang lama

Kamis, Juli 22, 2010

Penyembuhan Influenza (Flu)



Asuhan Keperawatan|Askep

1. Pertama-tama anda perlu memastikan jika bahwa anda benar2 menderita influenza, karena gejala-gejala secara relatif serupa dengan gejala selesma. Jika anda sedang merasa sakit kepala , Nyeri Otot, kelelahan, mual dan muntah, sakit tenggorokan dan demam hingga menggigil dan berkeringat, ini semuanya adalah petunjuk-petunjuk yang kuat bahwa anda menderita influenza
Apa yang dapat anda lakukan??? Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mempercepat penyembuhan gejala flu..

2. Pastikan anda menyediakan waktu yang cukup untuk proses pemulihan, jika tidak proses penyembuhan dapat berjalan lebih lambat dan menimbulkan beberapa kesulitan lain.

3. Tetap tinggal dirumah, dan banyak istirahat. Namun, Meskipun anda dianjurkan untuk tetap tinggal dirumah, beberapa latihan fisik ringan dapat dilakukan, seperti latihan peregangan yang dapat membantu meringankan anda nyeri otot dan persendianmu. Tapi tetap dalam frekuensi yang wajar untuk menghindari terjadinya hipotermia yang dapat memperlemah mekanisme pertahanan tubuh itu. Hal ini merupakan salah satu metode penyembuhan yang terbaik terutama jika dilakukan selama beberapa hari di rumah.Namun perlu diperhatikan juga bahwa faktor-faktor eksternal seperti cuaca yang tidak baik atau yang kondisi dingin dapat memperpanjang atau bahkan memperparah penyakit dan memperlambat proses penyembuhan.

4. Makanan apakah yang perlu di konsumsi ketika menderita flu???
Anda perlu untuk meningkatkan pertahanan tubuh yang efektif untuk melawan terhadap virus influensa. Makananlah makanan yang banyak mengandung vitamin C dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang masih segar. Vitamin C memiliki kandungan antioksidan yang sempurna yang dapat membantu proses pemulihan kondisi tubuh. Sumber terbaik dari vitamin C adalah berasal dari buah-buahan, jeruk/buah sitrus, Strawberi dan Sayuran Brussel. Makan sedikit daging, ikan, sereal dan roti-roti untuk menambahkan kebutuhan zinc kepada sistem tubuh.
Anda juga dapat mencoba makan beberapa makanan seperti pisang, saus apel, roti panggang kering, keju, kentang bakar, dan gandum. Ketika anda belum terbiasa makan secara teratur, makanan-makanan dengan bahan tepung dapat menjadi alternatif dalam proses transsisi untuk sistem pencernaan.

5. Banyaklah minum air putih. Tubuh dapat mendapat mengalami dehidrasi ketika anda mengalami demam, terutama ketika mengalami demam tinggi. Hidrasi yang tepat adalah hal penting, karena cairan dalam jumlah yang tepat dapat membantu prose pengeluaran toksin-toksin dari tubuh, dan semakin banyak cairan yang diminum, semakin mudah dalam proses pengeluaran mucus / lendir dari dalam tubuh ketika anda pilek. Air putih adalah yang utama, tetapi minuman untuk olahraga (pengganti ion), jus buah, dan sup-sup dapat menjadi pilihan lain. Meskipun tidak merasa haus, teruslah untuk minum secara teratur sedikit demi sedikit. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sangat2 diharuskan, karena hal ini dapat menurunkan mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan penyakit dan infeksi sekunder. untuk mengatasi sakit tenggorokan, obat kumur dapat digunakan. campurkan 1 sendok teh garam dalam 1 takaran (0,56 lt) air hangat. Lihat alternatif-alternatif lain di Natural Flu Remedies.

6. Kunjungi dokter jika usia anda lebih dari 65 tahun dan mempunyai beberapa kondisi / penyakit kronis seperti penyakit paru-paru atau penyakit jantung, atau mengalami mual muntah disertai nyeri abdominal / perut yang hebat.

7. Beberapa pengobatan umum dapat dilakukan seperti penggunaan Acetaminophen (seperti Tylenol), Aspirin dan Ibuprofen. Minum dua tablet setiap empat jam untuk mengurangi demam dan menghilangkan sakit kepala dan nyeri otot. Namun perlu diperhatikan, jangan memberikan aspirin kepada siapapun dengan usia dibawah 21 tahun, karena riset membuktikan adanya hubungan antara terjadinya Reye's Syndrome dengan pemakaian aspirin. obat batuk dan decongestant dapat membantu melegakan saluran pernafasan.

8. Terdapat beberapa obat resep termasuk Oseltamivir (Tamiflu), Amantadine, Rimantadine atau Zanamivir (Relenza). Jenis obat ini secara spesifik dibuat untuk mencegah dan mengobati influensa. Namun virus influensa yang saat ini tengah booming, H3N2 sudah resistan terhadap Amantadine dan Rimantadine. Padahal tahun 1994 disimpulkan bahwa hanya 1% dari kasus-kasus H3N2 yang resistan terhadap pengobatan ini dan hanya 9 tahun kemudian mengalami peningkatan sampai dengan di atas 90%. Tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan terus bertahan di masa yang akan datang, ketika virus bermutasi ke dalam versi lain yang lebih sulit untuk di tanggulangi sehingga menjadi lebih resistan atau kebal. Dengan kata lain, pengobatan influensa terbaik saat ini bisa jadi menjadi sepenuhnya tidak efisien di masa yang akan datang.

9. Selain Pengobatan diatas, anda dapat mempertimbangkan beberapa perawatan alternatif sebagai berikut :

- Acupressure dapat dilakukan dengan melakukan pijatan pada beberapa titik tubuh untuk mengurangi gejala flu. Juga, hydrotherapy adalah suatu metoda yang dapat digunakan sebagai media untuk proses detoxifikasi tubuh. Aromatherapy dapat digunakan untuk proses recovery karena dapat merangsang pusat syaraf relaksasi dan mampu memompa neurotransmitter yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Anda juga dapat mencampurkan air teh dengan beberapa tetes jeruk nipis di dalam segelas air dan obat kumur hangat.

- Bawang putih mempunyai kandungan anti virus yang baik dan dapat menjadi alternatif untuk membersihkan lendir dari selaput mukosa. Kunyah satu cengkih bawang putih sedini mungkin saat gejala-gejala influensa muncul.

Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis

a. Pengertian

Hernia Inguinalis adalah Sutu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaannormal tertutup. ( Richard E, 1992 )

Hernia Inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 1997)

b. Etiologi

Hernia Inguinalis di sebabkan oleh :

a. Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital

b. Anomali Kongenital

c. Sebab yang di dapat

d. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka

e. Peninggian tekanan di dalam rongga perut

f. Kelemahan dinding perut karena usia

g. Anulus inguinalis yang cukup lama

c. Manifestasi Klinis

1. Menangis terus

2. muntah

3. Distensi Abdoman

4. Feses berdarah

5. Nyeri

6. Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau megedan dan menghilang setelah berbaring

7. Gelisah, kadang-kadang perut kembung

8. Konstipasi

9. Tidak ada flatus

d. Patologi dan patogenesis

Selama tahap-tahap akhir perkembangan prosesus vaginalis janin, suatu penonjolan peritoneum yang berasal dari cincininterna terbentang ke arah medial serta menuruni setiap kanalis inguinalis. Setelahmeninggalkan kanalis tersebut pada cincin eksterna, maka prosesus tersebut pada pria akan berbelok ke bawah memasuki skrotum dan akan membungkus testis yang sedang berkembang. Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum lahir kecuali pada bagian yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap tinggal sebagai suatu kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus tersebut terbentang mulai dari cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora. Bagian proximal prosesus vaginalis dapat mengalami kegagalan penutupan sehingga membentuk suatu kentung hernia dimana viskus abdomaen dapat memasukinya. Bagian yang tetap terbuka itu dapat membantang ke bawah kadang-kadang hingga ke dalam kantung testis dan dapat menyatu dengan tunuka vaginalis sehingga bersama-sama membentuk suatu hernia lengkap.

Hernia inguinalis terutama sering di temukan pada bayi prematur. Di duga karena lebih sedikitnya waktu perkembangna di dalam kandungan serta lebih sedikitnya waktu bagi penutupan seluruh penutupan seluruh prosesus tersebut. Jika testis gagal untuk turun ( Kriptorkoid ), maka biasanya terdapat kantung hernia yang besar karena sesuatu telah menghentikan penurunan testis maupan penutupan prosesus peritoneum tersebut. Anak-anak dengan anomali kongnital terutama yang melibatkan daerah abdoman bagian bawah, pelvis atau perineum seringmempunyai hernia inguinalis sebagai bagian dari kompleks tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.

2. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.

3. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.

4. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 05:17 0 komentar
Asuhan Keperawatan Hernia

A. Definisi

- Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat(1).

- Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).

- Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it (1).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B. Etiologi

Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).

C. Klasifikasi

1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.

2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.

3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).

Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).

4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.

5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.

6. Nama penemunya :

a. H. Petit (di daerah lumbosakral)

b. H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.

c. H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.

7. Beberapa hernia lainnya :

a. H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.

b. H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.

c. H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

D. Tanda dan Gejala

Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi


F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

G. Penatalaksanaan (2)

- Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.

- Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.

- Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.

Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (3)

1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.

Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.

Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.

a. Kaji dan catat nyeri

b. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.

c. Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).

d. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.

e. Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine ³ 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.

a. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.

b. Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering <>

c. Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.

a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.

b. Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.

c. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.

d. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.

2. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.

3. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.

4. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

5. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.
Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia

Senin, Maret 22, 2010

OBAT PENCEGAH HIV


menunjukkan, pisang memiliki zat yang berpotensi menjadi penghambat infeksi virus HIV. Hasil penemuan ini diharapkan membuka jendela baru pada terapi pencegahan infeksi HIV yang hingga kini belum ditemukan obatnya.

Para peneliti dari University of Michigan Medical School tertarik pada lektin, zat kimia yang secara alami ada di tanaman, karena kemampuannya menghentikan rantai reaksi berbagai jenis infeksi. Hasil uji laboratorium menunjukkan, BanLec, lektin yang terdapat pada pisang, sama efektifnya dengan obat anti-HIV saat ini.

Cara baru untuk menghentikan penyebaran HIV mutlak diperlukan. Saat ini angka infeksi baru HIV melebihi jumlah individu yang mendapatkan obat antiretroviral, yakni 2,5 banding 1. Padahal, belum ada tanda-tanda vaksin HIV akan hadir dalam waktu dekat.

Saat ini penggunaan kondom masih jadi pencegah penularan HIV yang paling efektif apabila digunakan secara konsisten dan benar. Cara pencegahan lain yang juga efektif adalah mencegah penularan lewat vagina dan dubur menggunakan obat yang mampu mencegah HIV masuk ke sel target.

Riset yang dilakukan peneliti dari Michigan University menunjukkan cara kerja lektin yang bisa mengenali penyerang dari luar tubuh, seperti virus, dan menyerangnya sebagai patogen, bisa dikembangkan untuk mengenali virus HIV.

Selain memiliki potensi yang sama dengan obat anti-HIV yang ada saat ini, lektin pada pisang juga lebih murah untuk diproduksi sebagai obat yang bisa dijangkau masyarakat luas. Lektin dari pisang ini diyakini lebih efektif apabila dipakai dalam komponen obat pencegah virus yang dioles di alat kelamin atau dubur.

"Masalah yang dihadapi oleh obat anti-HIV adalah kemampuan virus untuk bermutasi dan menjadi kebal. Namun, hal tersebut bisa dicegah oleh lektin. Lektin bisa menempel pada gula yang ditemukan pada berbagai titik sampul HIV-1 dan diperkirakan butuh mutasi yang berlipat bagi virus untuk mendapatkannya," ungkap Erwin J Goldstein, PhD, profesor kimia biologi.

Sumber: http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/16/13022327/Pisang.Bisa.Mencegah.HIV